Tulisan ini dibuat saat lagi lapar-laparnya dan mulai hari senin udah UAS. Ga apa, daripada ga produktif sama sekali.
Masalah makan bagi sebagian orang itu masalah kecil, tapi bagi gue itu sesuatu yang besar. Makan untuk hidup, atau hidup untuk makan? Kalau gue sih, makan untuk hidup. Iya atuh, kalo ga makan, gimana mau hidup. Tapi masalah makan itu ga semulus yang dikira, apalagi kalau udah ketemu yang namanya bosan.
Sekitar 2 tahun gue tinggal di kota kecil bernama Jatinangor di kabupaten Sumedang, untuk menuntut ilmu. Dan tentunya, harus makan, dong. Jenis makanan di kota ini cukup banyak dan bervariasi, dilihat dari bermacamnya restoran atau warung makan yang ada. Apalagi, semenjak 2 tahun lalu gue tinggal disini hingga sekarang, tempat makanan kian bertambah, sejajar dengan penambahan warganya.
Walaupun baru 2 tahun, bisa dibilang gue udah nyobain kebanyakan makanan disini. Well, ga semua sih, sebagian besar. Mungkin karena itu, akhir-akhir ini gue bertemu dengan hal yang mengesalkan itu, bosan.
Entah kenapa, akhir-akhir ini indra perasa gue terlalu memilih-milih. Padahal, dulu karena semua mau, malah bingung mau makan apa. Sekarang, makanan yang paling sering gue pesen pun, selalu ga habis. Mulai dari makanan Indonesia seperti ayam goreng, bakar, penyet, ketoprak, pecel lele, pecel ayam, bahkan nasi padang, gue udah bosen. Ga cuma itu, berbagai makanan khas Indonesia yang seharusnya cocok di lidah pun, akhir-akhir ini terasa hambar. Begitu pula makanan yang agak nyerempet western food. Mulai dari spaghetti, steak, dan semacamnya, memesan pun terasa berat, karena tau bakal ga abis. Kenapa ya. Gue juga bingung, kenapa indra perasa gue bisa begini. Dan ini tuh sangat nyusahin, karena setiap hari sekitar 3x kali, gue harus berpikir kira-kira makan apa hari ini. Belum lagi, harus menyesuaikan dengan kantong anak kos, ga bisa makan seenaknya dimana aja. Dan hingga sekarang, gue masih merasakan hal itu. Untuk makan malam ini, udah berpikir keras dari tadi sore, dan saat beberapa pilihan dijatuhkan, ternyata banyak kendala. Mau jalan ke warungnya sendiri, berasa males banget.
Kalau dipikir-pikir, sebenernya ga harus kayak gitu. Pertama, percuma aja mikirin mau rasa apa yang enak di lidah, toh pas udah sampe kerongkongan, semua sama. Seharusnya yang dipikirin adalah garis lurus antara tingkat ke-kenyang-an dan sesuai di dompet. Pasti maunya yang porsinya banyak tapi murah kaan. Iya, gak? hahaha
Yang kedua, yaelah, masih kalah sama males? Kalo misalnya mau dapetin sesuatu, ya usaha dong buat ngedapetin sesuatu itu. Dengan duduk doang menunggu, mah, ga bakalan dapet apa-apa. Yang sering gue temuin sih kalimat "saat kamu sedang santai, orang-orang disana sedang berusaha jauh lebih keras darimu." Orang kan beda-beda, oleh karena itu usahanya untuk mendapatkan sesuatu pasti beda-beda. Kok ini jadi nyambung kemana-mana ya hahaha. Intinya, kalo mau ngedapetin sesuatu, ya jangan males.
FYI, tadi gue pending nulis untuk makan, dan akhirnya gue mencoba untuk makan lagi makanan yang sudah sering gue makan(?). Intinya mencoba untuk ga bosan gitu. Dan alhamdulillah, sepertinya rasa bosan itu udah berkurang. Alhamdulillah masih bisa makan untuk malam ini. Buat yang belum makan, ayo makan sekarang, biar insya Allah berkah. Buat yang diet, diet itu mengurangi porsi makan, bukan jadi ngga makan. Jadi, yang belum makan, ayo makan :D
Sunday, June 8, 2014
Monday, May 5, 2014
Workshop Menulis, Blogging, dan Vlogging
Dihari yang sangat grasak-grusuk dan buru-buru ini, ga
sengaja ngeliat spanduk yang tulisannya “workshop menulis, blogging, dan vlogging”
yang diadain sama dompet dhuafa bareng himpunan mahasiswa sosiologi unpad.
Setelah dilihat baik-baik, ternyata sedang berlangsung saat ini juga di aula
fakultas gue. Tanpa pikir panjang, gue sama temen-temen gue langsung daftar
buat ikutan. Alhamdulillah masih bisa ikut, karena acaranya juga baru selesai
jam 12-an katanya. Setelah daftar, ternyata dikasih snack pula. Alhamdulillah,
berkah siang-siang :D
Saat gue masuk, mbak Arum dari wideshot metro TV sedang
memberikan beberapa materi. Kami diperlihatkan video tentang Citizen Journalism
yang dilakukan oleh warga Bandung, dengan tema “Zona Merah PKL”. Oh iya,
Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga adalah adalah kegiatan partisipasi
aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan,
analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti
ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa
membentuk informasi dan berita pada masa mendatang ( http://wikipedia.com ). Setelah diperlihatkan
video, mbak Arum mengajak beberapa orang dari kami untuk mencoba Jurnalisme
Warga di tempat. Salah satu temen gue, Dana, setelah perdebatan beberapa lama,
akhirnya memutuskan untuk maju. Bersama 6 orang lainnya, mereka “dites” oleh
mbak Arum untuk melaporkan opening atau closing sebuah peristiwa. Awalnya mbak
Arum menanyakan satu-satu mengenai kegemaran para mahasiswa yang telah maju,
dengan anggapan akan lebih mudah untuk merangkai kata jika kegemaran
masing-masing. Namun mungkin karena grogi, akhirnya kebanyakan mbak Arum yang
memberikan tema. Temanya pun menyangkut hal-hal yang kita hadapi sehari-hari,
seperti parkir liar, jalan rusak, sampah, dan lain-lain. Beberapa orang ada
yang grogi, namun ada juga yang cukup lancar dalam menyampaikan beritanya, padahal
pada saat itu langsung praktik di depan kamera, direkam oleh mas Galih (kalo ga
salah, agak lupa juga, maaf ya mas...) yang juga dari wideshot metro TV. Namun,
gue salut banget sama mereka yang udah maju. Ngumpulin keberanian aja ga
gampang, apalagi habis itu harus merangkai kata dan untuk berbicara di depan
kamera....kalo gue belum sanggup kayaknya hehe. Tapi sempet nyesel juga sih,
karena sehabis itu dipilih 3 terbaik yang akan mendapatkan suvenir dari
wideshot metro TV, dan juga sisanya mendapatkan suvenir dari dompet dhuafa,
kan bisa buat kenang-kenangan hehehehe.
Pembicara berikutnya adalah mbak Meti, seorang ibu rumah
tangga, guru, dan juga blogger. Beliau memberikan materi tentang gimana awalnya
beliau bisa masuk dunia blogging, dan tentang informasi lainnya mengenai dunia
blogging. Blogging itu bisa dilakukan oleh siapa aja, ga terbatas umur ataupun
profesi. Blogging juga banyak macamnya, mulai dari hanya curhatan sehari-hari,
hingga review tentang sesuatu baik makanan maupun film. Namun, seperti apa yang
dibilang oleh mbak Meti, kita tetap harus menghargai norma-norma yang ada dalam
blogging. Walaupun kesannya sepele, tapi hal ini harus diperhatikan, lho.
Contohnya, penjiplakan. Jika kita mengambil sumber data dari suatu artikel,
mencantumkan sumber itu suatu keharusan, walaupun yang kita ambil itu gambar
dari google sekalipun. Kalo menurut gue itu juga penting, karena kita kan ga
tau gimana susah payahnya orang bikin artikel atau gambar, terus kita ambil dan
menjadikan hak milik seenaknya. Selain itu, yang penting juga kontinuitas kita.
Kalo cuma nulis sekali setahun, ya kasian yang mau baca juga, keburu males
nunggunya hehe. Buat menunjang “ketenaran” blog kita juga, share ke media
sosial itu penting, soalnya kan ga semua orang ngestalk kita hahaha. Kalo ga
di-share, orang tau dari mana kali kita punya tulisan baru hehehe. Tapi itu
balik lagi ke masing-masing orangnya, apakah kita ingin men-share tulisan kita,
ataupun tidak.
Dan karena abis mengikuti seminar tadilah, akhirnya gue
menulis tulisan ini hehe. Alhamdulillah jadi dapet ilmu baru tentang dunia
jurnalistik ini. Walaupun sebenernya gue masih ga pede dengan tulisan gue,
karena gue masih merasa tulisan gue cuma kayak curhatan biasa, bukan
tulisan-tulisan berbobot kayak yang lainnya hehe. Tapi ya suatu awal aja, siapa
tau tiba-tiba ada yang nawarin disuruh dateng ke tempat dia untuk nyobain
produk dan ngereview di blog gue hahaha :D
Seminar tadi juga ada info mengenai tentang berbagai macam
lomba lho. Info lengkapnya bisa cek disini aja ya! http://citizenjournalismindonesia.blogdetik.com/
Sumber poster:
https://twitter.com/HIMSOS_UNPAD/status/461485602949447680/photo/1
Tuesday, March 25, 2014
A Trip To Dusun Bambu, Lembang
well, hai. Last Saturday, at March 22nd to be exact, gue sama temen-temen divisi pubdok dari Fesbukan 2013 kemarin, mutusin buat main bareng, ngumpul-ngumpul aja karena kita juga bukan dari kelas dan angkatan yang sama, jadi menyambungkan kembali tali silaturahmi yang udah lama renggang (halah).
At first, I didn't even know where are we going, I just agreed to join the trip. And then about 3 days earlier they said we will go to Dusun Bambu, Lembang. My first reaction was....never heard of it. But we are doing this for fun, so why should we consider the place? And then, in the morning of March 22nd, we're taking off.
We went by car, and there were six of us. It took about 2 hours to get there, tapi itu juga gara-gara banyak berhenti dan sebenernya masih ga tau jalan haha, but luckily right when adzan dzuhur, we've arrived.
Dusun Bambu Family and Leisure Park. If i'm not mistaken, letak kawasan wisata ini berada di paling atas lembang, makanya paling jauh. Harga tiket masuk cukup terjangkau, hanya 10 ribu rupiah per-orang, dan biaya tiket masuk mobil 10-ribu. Enaknya pergi rame-rame itu, kalo untuk biaya bersama jadi bisa patungan, kayak tiket masuk mobil ini hehe. Pas masuk, ternyata kita ga langsung sampe ke kawasan wisatanya. Disana kita harus naik mobil lagi, untuk ke atas. Mobilnya lucu banget, bentuknya pick up yang dihias bunga-bunga, tapi jumlah mobilnya cuma ada dua. Jadi, cukup ngantri buat ke atas. Mungkin karena masih siang, jadi ga terlalu banyak orang-orang yang udah nyampe. Ga lama ngantri, kita langsung naik mobil itu dan jalan ke atas. Ternyata, ga terlalu jauh buat keatas, pas balik sore-sore malah banyak yang jalan, gara-gara males kali ya nunggunya kan juga lama.
Pas nyampe disana, spot-spot yang rame itu ada banyak, yang pertama bangunan restoran, tempat main anak-anak yang terbuat dari bambu, danau yang dikelilingi rumah-rumah dari bambu, sama taman bunga-bunga kecil ungu yang ga tau namanya apa hehe. Ada juga tempat main panah-panahan gitu di samping restoran, sama tempat makan yang di dalam bambu yang berbentuk lingkaran, sama ada sungai kecil yang banyak bebatuan, jadi bisa diseberangi. Karena kita dateng pas banget dzuhur dan makan siang, abis shalat langsung naik ke restoran. Ada 2 restoran disitu, satu restoran "Burangrang", yang satunya lagi bisa dibilang pujasera, namanya "Pasar Khatulistiwa".Kalau di "Burangrang", sama kayak restoran biasa, kita pesen makan dari menu, baru nanti makanannya dateng. Kalo di "Pasar Khatulistiwa", pertama kita harus beli voucher dulu, baru nanti voucher itu dituker dengan makanan yang kita mau. Makanannya juga macam-macam, dan dijual per stand gitu. Sayangnya karena kita milih makan di "Burangrang", ga sempet foto keadaan di "Pasar Khatulistiwa" yang pujaseranya, jadi ya bayangin aja ya hehe.
Di "Burangrang", kita bisa milih untuk makan indoor atau outdoor, dan tentunya kita mau outdoor dong. Untungnya masih dapet tempat, padahal kan waktu itu jam makan siang. Tapi sebenernya, spot kita duduk masih agak kurang, karena masih ada spot yang bener-bener dipinggir dan kelihatan semuanya. Karena laper, kita ga terlalu mikirin dulu hehe. Harga makanannya relatif mahal. Untuk makanan berat seperti nasi, harganya 40ribu-an keatas, minuman sekitar 20ribu-an keatas, dan ada juga dessert yang harganya juga 20ribu-an keatas. Abis mesen makanan, untungnya ada spot kosong yang di pinggir kaca banget, tapi engga ada mejanya jadi agak susah buat makan, jadilah dua-duanya kita ambil alih, duduknya pisah-pisah jadinya hehe.
Setelah kenyang, kita lanjut ke spot yang jadi andalan Dusun Bambu ini, danau yang dikelilingi rumah-rumah bambu. Di pinggir danau itu juga, ada semacam papan yang berbentuk lingkarang yang menjorok hampir ke tengah danau, bagus banget buat foto-foto. Kita pun langsung buru-buru kesana. Tapi di tengah jalan semacam kepisah gitu, ada yang masih di belakang, dan ada yang udah nyampe. Nah, disini nih sempet ada kejadian yang agak ngeselin. Pas gue, sama 3 orang temen gue nyampe, tempat itu masih kosong, yaudah dong kita langsung naro tas, nyiapin tripod sambil manggil-manggil yang lain. Tapi sebelum temen-temen gue nyampe semua, tiba-tiba ada anak-anak sekitar 5 orang-an mau foto-foto. Okelah, cuma anak-anak paling juga sebentar, toh temen gue juga masih pada belum sampe. Tapi ternyata kita salah...mereka serombongan. Entah ada berapa keluarga, intinya orangnya banyak banget. Ada 30 orang-an lebih kayaknya. Dan mereka dengan santainya langsung ngambil tempat kita, nganggep kita kayak ga ada aja. Udah gitu, foto-fotonya lama banget. Pertama anak-anaknya, itu juga mau foto dengan berbagai gaya. Abis itu para ibu, abis itu lagi para bapak, terus yang rame-rame, terus yang campur, pokoknya lama banget. Gue sama temen-temen gue disaat itu udah gondok banget. Apalagi karena liat rame, jadi tambah banyak yang dateng, tambah susah lah kita buat foto bareng. Akhirnya kita maksain buat foto, ditengah keramaian tersebut.
Untungnya, ga lama setelah kita foto-foto mereka udah selesai, jadi abis itu kita bisa leluasa foto-foto dengan orang ga terlalu banyak di background.
Setelah sebenernya-belum-puas-tapi-udah-capek, kita ke taman bunga, karena tempatnya itu bagus banget, katanya sih kayak taman lavender. Buat kesana, harus agak sedikit mendaki, dan ngelewatin sungai kecil. Tapi akhirnya kita nyampe dan puas-puasin foto dalam keadaan lapar lagi, karena jam udah menunjukkan pukul setengah 4-an.
Setelah Dusun Bambu, kita lanjutin lagi jalan-jalan muterin Bandung. Niatnya mau ke Braga Culinary Festival, tapi karena lagi masa kampanye dan ga boleh ngadain acara, BCF ditiadakan pada hari itu dan seterusnya, hingga masa kampanye selesai. Sedih dong ya. Tapi daripada pulang sedangkan hari masih sore, akhirnya kita muter-muter di Bandung aja. Sempet ke Tahu Susu Lembang, tapi abis itu cuma muter-muter kota Bandung aja. Dan gue yakin tempat-tempat yang gue kunjungi sudah familiar bagi kalian, jadi ga perlu dijelasin kali ya hehe.
Singkatnya, it was a fun journey. We had fun, tapi kalau gue diajak buat kesana lagi, i'd say no. Mengapa? Kalo dikasih tau nanti ga seru lagi dong. Silahkan datang aja, ga bakal nyesel kok :D Tapi kalo gue, cukup untuk sekali kunjungan cuma untuk tau tempatnya, tetep yang penting seneng-senengnya dan rame-ramenya :D
And because we are pubdok, harus punya banyak foto-foto dong :p I am too lazy to nyusun per waktu, jadi dikasih caption aja ya hehe. Here they are:
At first, I didn't even know where are we going, I just agreed to join the trip. And then about 3 days earlier they said we will go to Dusun Bambu, Lembang. My first reaction was....never heard of it. But we are doing this for fun, so why should we consider the place? And then, in the morning of March 22nd, we're taking off.
We went by car, and there were six of us. It took about 2 hours to get there, tapi itu juga gara-gara banyak berhenti dan sebenernya masih ga tau jalan haha, but luckily right when adzan dzuhur, we've arrived.
Dusun Bambu Family and Leisure Park. If i'm not mistaken, letak kawasan wisata ini berada di paling atas lembang, makanya paling jauh. Harga tiket masuk cukup terjangkau, hanya 10 ribu rupiah per-orang, dan biaya tiket masuk mobil 10-ribu. Enaknya pergi rame-rame itu, kalo untuk biaya bersama jadi bisa patungan, kayak tiket masuk mobil ini hehe. Pas masuk, ternyata kita ga langsung sampe ke kawasan wisatanya. Disana kita harus naik mobil lagi, untuk ke atas. Mobilnya lucu banget, bentuknya pick up yang dihias bunga-bunga, tapi jumlah mobilnya cuma ada dua. Jadi, cukup ngantri buat ke atas. Mungkin karena masih siang, jadi ga terlalu banyak orang-orang yang udah nyampe. Ga lama ngantri, kita langsung naik mobil itu dan jalan ke atas. Ternyata, ga terlalu jauh buat keatas, pas balik sore-sore malah banyak yang jalan, gara-gara males kali ya nunggunya kan juga lama.
Pas nyampe disana, spot-spot yang rame itu ada banyak, yang pertama bangunan restoran, tempat main anak-anak yang terbuat dari bambu, danau yang dikelilingi rumah-rumah dari bambu, sama taman bunga-bunga kecil ungu yang ga tau namanya apa hehe. Ada juga tempat main panah-panahan gitu di samping restoran, sama tempat makan yang di dalam bambu yang berbentuk lingkaran, sama ada sungai kecil yang banyak bebatuan, jadi bisa diseberangi. Karena kita dateng pas banget dzuhur dan makan siang, abis shalat langsung naik ke restoran. Ada 2 restoran disitu, satu restoran "Burangrang", yang satunya lagi bisa dibilang pujasera, namanya "Pasar Khatulistiwa".Kalau di "Burangrang", sama kayak restoran biasa, kita pesen makan dari menu, baru nanti makanannya dateng. Kalo di "Pasar Khatulistiwa", pertama kita harus beli voucher dulu, baru nanti voucher itu dituker dengan makanan yang kita mau. Makanannya juga macam-macam, dan dijual per stand gitu. Sayangnya karena kita milih makan di "Burangrang", ga sempet foto keadaan di "Pasar Khatulistiwa" yang pujaseranya, jadi ya bayangin aja ya hehe.
Di "Burangrang", kita bisa milih untuk makan indoor atau outdoor, dan tentunya kita mau outdoor dong. Untungnya masih dapet tempat, padahal kan waktu itu jam makan siang. Tapi sebenernya, spot kita duduk masih agak kurang, karena masih ada spot yang bener-bener dipinggir dan kelihatan semuanya. Karena laper, kita ga terlalu mikirin dulu hehe. Harga makanannya relatif mahal. Untuk makanan berat seperti nasi, harganya 40ribu-an keatas, minuman sekitar 20ribu-an keatas, dan ada juga dessert yang harganya juga 20ribu-an keatas. Abis mesen makanan, untungnya ada spot kosong yang di pinggir kaca banget, tapi engga ada mejanya jadi agak susah buat makan, jadilah dua-duanya kita ambil alih, duduknya pisah-pisah jadinya hehe.
Setelah kenyang, kita lanjut ke spot yang jadi andalan Dusun Bambu ini, danau yang dikelilingi rumah-rumah bambu. Di pinggir danau itu juga, ada semacam papan yang berbentuk lingkarang yang menjorok hampir ke tengah danau, bagus banget buat foto-foto. Kita pun langsung buru-buru kesana. Tapi di tengah jalan semacam kepisah gitu, ada yang masih di belakang, dan ada yang udah nyampe. Nah, disini nih sempet ada kejadian yang agak ngeselin. Pas gue, sama 3 orang temen gue nyampe, tempat itu masih kosong, yaudah dong kita langsung naro tas, nyiapin tripod sambil manggil-manggil yang lain. Tapi sebelum temen-temen gue nyampe semua, tiba-tiba ada anak-anak sekitar 5 orang-an mau foto-foto. Okelah, cuma anak-anak paling juga sebentar, toh temen gue juga masih pada belum sampe. Tapi ternyata kita salah...mereka serombongan. Entah ada berapa keluarga, intinya orangnya banyak banget. Ada 30 orang-an lebih kayaknya. Dan mereka dengan santainya langsung ngambil tempat kita, nganggep kita kayak ga ada aja. Udah gitu, foto-fotonya lama banget. Pertama anak-anaknya, itu juga mau foto dengan berbagai gaya. Abis itu para ibu, abis itu lagi para bapak, terus yang rame-rame, terus yang campur, pokoknya lama banget. Gue sama temen-temen gue disaat itu udah gondok banget. Apalagi karena liat rame, jadi tambah banyak yang dateng, tambah susah lah kita buat foto bareng. Akhirnya kita maksain buat foto, ditengah keramaian tersebut.
Untungnya, ga lama setelah kita foto-foto mereka udah selesai, jadi abis itu kita bisa leluasa foto-foto dengan orang ga terlalu banyak di background.
Setelah sebenernya-belum-puas-tapi-udah-capek, kita ke taman bunga, karena tempatnya itu bagus banget, katanya sih kayak taman lavender. Buat kesana, harus agak sedikit mendaki, dan ngelewatin sungai kecil. Tapi akhirnya kita nyampe dan puas-puasin foto dalam keadaan lapar lagi, karena jam udah menunjukkan pukul setengah 4-an.
Setelah Dusun Bambu, kita lanjutin lagi jalan-jalan muterin Bandung. Niatnya mau ke Braga Culinary Festival, tapi karena lagi masa kampanye dan ga boleh ngadain acara, BCF ditiadakan pada hari itu dan seterusnya, hingga masa kampanye selesai. Sedih dong ya. Tapi daripada pulang sedangkan hari masih sore, akhirnya kita muter-muter di Bandung aja. Sempet ke Tahu Susu Lembang, tapi abis itu cuma muter-muter kota Bandung aja. Dan gue yakin tempat-tempat yang gue kunjungi sudah familiar bagi kalian, jadi ga perlu dijelasin kali ya hehe.
Singkatnya, it was a fun journey. We had fun, tapi kalau gue diajak buat kesana lagi, i'd say no. Mengapa? Kalo dikasih tau nanti ga seru lagi dong. Silahkan datang aja, ga bakal nyesel kok :D Tapi kalo gue, cukup untuk sekali kunjungan cuma untuk tau tempatnya, tetep yang penting seneng-senengnya dan rame-ramenya :D
And because we are pubdok, harus punya banyak foto-foto dong :p I am too lazy to nyusun per waktu, jadi dikasih caption aja ya hehe. Here they are:
tiket masuk |
street performer, baru ada pas mau pulang |
rumah bambu yang ada di pinggir danau |
tempat makan sebenernya, tapi pas kita kesana lagi out of order |
tuh kan, rame banget :( |
bad results, huft |
taman bermain anak-anak |
pasar khatulistiwa |
bebatuannya kayak kaca, lucu banget |
di dalam pasar khatulistiwa(1) |
di dalam pasar khatulistiwa(2) |
di dalam pasar khatulistiwa(3) |
di dalam pasar khatulistiwa(4) |
di dalam pasar khatulistiwa(5) |
taman bunga |
close up |
hiasan bambu(1) |
hiasan bambu(2) |
thank you, guys! <3 |
Friday, February 21, 2014
Bahasa!
Awalnya kaget, ternyata harus berkutat dengan hal ini selama
bertahun-tahun ke depan, tapi penasaran juga. Kalo yang lain bisa, kenapa kita
ga bisa? Dan ya, sampe sekarang alhamdulillah masih betah dan masih penasaran
dengan bahasa asing yang satu ini.
Bahasa itu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
isi pikiran kepada orang lain. Bayangin kalo manusia belum nemuin bahasa,
gimana cara orang tau kalo kita mau beli barang yang dia punya, atau mau bilang
suka dengan baju yang dia pake hari ini, atau sekadar bilang mau ke toilet. Ga
kebayang deh kayaknya. Tapi, karena persebaran manusia yang beragam, jadinya
bahasa ada banyak. Jumlahnya ribuan, mungkin lebih. Yang paling banyak dipakai
yaitu bahasa mandarin, baru bahasa inggris. Tapi, banyak orang berpendapat
bahasa inggris lebih banyak digunakan. Jadi, kalo kita mau jalan-jalan ke luar
negeri, katanya, paling engga kuasai bahasa inggris. Sebenernya enak lho
belajar bahasa itu. Ga bohong kalo susah, tapi bukannya ga bisa. Kalo ada yang
bilang 'bisa karena terbiasa', itu bener banget. Menurut gue, percuma aja bisa
satu bahasa secara teori, tapi pas disuruh ngomong ga berani, takut salah.
Takut salah itu yang salah. Ngomong aja yang lo tau, seadanya aja ga apa apa,
toh elo udah tau teorinya, bukan baru nyari di google translate. Yang dituju
juga pasti membenarkan kalo salah. Tapi gue akui, emang ga gampang
ngelakuinnya. Malu. Itu yang paling kerasa. Kalo salah, kalo ambigu, kalo
maksudnya ga nyampe. Pengalaman pribadi hehe. Alhamdulillah bisa 'ngasal' ngomong
bahasa asing A, tapi ga bisa di bahasa asing B. Entah emang bahasanya, apa gue
aja yang ga bisa. Kayaknya sih yang kedua haha. Tapi balik lagi, bisa karena
biasa. Kalo ga dibiasain, mau kapan lagi? Jaman sekarang, kalo mau nyoba
ngomong, ada media sosial kok. Post aja kata-kata dalam bahasa asing yang lo
pengen bisa. Bodo amat tata bahasa. Yang paling buruk terjadi? Lo diketawain
orang. Lalu? Lo juga ga ngeliat orang yang ngetawain kan. Santai aja. Biarin
orang mau bilang apa. Emang susah sih, tapi tanamin dalam diri 'kalo ga
sekarang, kapan lagi?' sama 'bisa karena terbiasa', insya Allah bakal
dimudahkan. Bahasa itu seru, dan bisa dipelajari. Jadi, ayo belajar bahasa :D
Sunday, February 16, 2014
Tua dijalan
Iya, kalo
kelamaan nunggu di jalan, berapa banyak waktu kita yang habis kebuang cuma
gara-gara nunggu. Kalo ngomongin macet emang ga ada abis-abisnya. Dimana-mana
bisa kejadian macet. Mau di ibukota maupun di kota kecil.
Ya mau gimana lagi, sekarang
untuk mempunyai kendaraan roda empat maupun dua, syaratnya gampang banget. Abis
itu bayarnya bisa bertahun-tahun dengan sistem kredit. Siapa yang ga tergiur?
Belum lagi gampang banget bikin SIM atau surat izin mengemudi. Cara tesnya sih
ada, tapi menurut gue paling cuma segelintir orang yang memilih untuk
menggunakan cara tes untuk mendapatkan SIM. Mayoritas, lebihkan aja berapa
ratus ribu, dan voila! SIM telah jadi tanpa tes atau semacamnya. Kalo kita
melihat ke negara luar, tidak semudah itu mendapatkan kendaraan maupun SIM. Susah
sekali cuma untuk mengendarai kendaraan sendiri. Oleh karena itu, banyak orang
yang lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum dalam berpergian. Nah,
itupun bisa dilakukan karena fasilitasnya memadai. Kalo menurut gue sih,
permasalahan macet ini emang harus sama-sama ngebenerinnya.
Yang pertama,
masyarakatnya harus sadar sama peraturan lalu lintas, dan juga jika ingin
mempunyai kendaraan, mereka memang layak memiliki dan mengendarai kendaraan
tersebut. Enaknya sih, dari pemerintah bener-bener dibikin ketat untuk bikin
SIM, ga sembarangan orang bisa punya hanya karena merasa 'bisa' dan punya uang.
Kalo dari situ udah bener, kebiasaan manusia, pasti males untuk bikin SIM. Nah
kalo udah gitu mau naik apa? Balik lagi ke fasilitas umumnya. Harus dibenerin
banget fasilitas umum di Indonesia. Kalo mau ada shinkansen kayak di Jepang sok mangga, tapi kalau menurut gue busway
aja udah cukup kok. Tinggal ditambah lajurnya sama ditambah bisnya, udah bisa
memenuhi transportasi masyarakat. Terus kalo udah disediain sama pemerintah?
Nah itu tugas kita, masyarakat, buat ngejaga sarana-sarana tersebut. Yang gue
liat, masih banyak coretan-coretan di kendaraan umum, bagian-bagian yang
hilang, yang kalo dilihat-lihat sih, dirusak sama orang iseng. Percuma aja kan,
bis bagus-bagus tapi di belakang kursinya banyak coretan. Dan satu lagi,
sampah! Sampah manusia itu banyak banget ya. Sampe di angkutan umum aja pasti
ada sampah. Semua itu balik lagi ke kita, jangan cuma marahin pemerintah
terus.. Kalau ga ada mereka, kita juga bingung kan? Pemerintah sama masyarakat
sama-sama saling ngebutuhin, jadi sadar diri aja lah. Tapi tetep benci sama
yang korupsi sih haha. Ini kok jadi ngelantur kemana-mana ya-_- intinya, kalau
ga mau macet, ya sama-sama ngeubah aja. Semua opini diatas cuma menurut gue,
gue yakin ada yang berpendapat beda, atau ga setuju dengan pendapat gue(sama
aja). So, express yourself in the comment
box below! :D
Wednesday, January 8, 2014
Review: Shutter Island (2010)
Film ini bercerita tentang
seorang U.S Marshall yg bernama Edward Daniels atau biasa dipanggil Teddy,
ditugaskan untuk menyelidiki investigasi hilangnya orang di Ashecliffe, rumah
sakit jiwa yang 'berbeda' dengan RSJ lainnya yg berada di Shutter Island. Disini
dia bersama partner barunya, Chuck(lupa nama aslinya) yg merupakan seorang U.S Marshall juga. Dari awal udah diliatin kalo Shutter Island ini tuh bener-bener
serem dgn nuansa pulau kosong dan penjaga dimana-mana. Lalu kita dikasih liat Ashecliffe, bisa dibilang 'perumahannya' dimana disana ada para 'pasien' yang
dirawat. Teddy ditugaskan untuk mencari Rachel Solando, janda yg membunuh 3 orang
anaknya namun menyangka anak-anaknya itu masih hidup. Lalu mulailah penyelidikan
Teddy. Dari awal, terlihat penanggung jawab RSJ tersebut yaitu Dr. Crawly ga
mau ngasih petunjuk ke Teddy. Kayak saat Teddy mau minta file-file mengenai
para pekerja dan dokter, Dr. Crawly ga mau ngasih. Tapi akhirnya Teddy
diizinkan untuk mengintoregasi beberapa pasien. Yang aneh dari awal, sepertinya
Teddy belum bisa melepaskan bayang-bayang istrinya yang meninggal gara-gara kebakaran
di apartemennya. Salah satu tujuan Ia datang pun untuk mencari Andrew Laeddis,
biang dari kebakaran di apartemen istrinya. Beberapa scene menunjukkan Teddy
seperti 'diarahkan' oleh istrinya melalui mimpi bahawa Rachel sebenarnya masih
ada di Ashecliffe. Dan sampai sini aja review gue. Sisanya nonton sendiri aja,
film ini bikin kita mikir banget dan menduga-duga wah siapa nih yang sebenernya
jahat. Dan untuk endingnya? Nonton aja dulu deh ya hehe
Pokoknya film ini recommended
banget buat yang suka sama film-film 'berat'. And here's the trailer :D
Thursday, December 26, 2013
Kyoogoku Tamekane (Fujiwara Tamekane)
So good evening ladies and gentlemen, tonight in this mid night i'd like to give some explanation about Japanese poetry, his name was Kyoogoku Tamekane and also known as Fujiwara Tamekane. Actually i searched for him because of my tasks in college and found him a lil bit interesting, so if you guys wanna make some papers about him here are some material you can use. If you put the source, it'll be lovely. Enjoy :)
btw it's Indonesian, and some are a lil bit hard to understand, because i'm not good at translating haha
Kyoogoku Tamekane atau dikenal juga sebagai Fujiwara no Tamekane hidup dari tahun 1254-1322. Ia adalah seorang penyair, seorang pejabat di istana kekaisaran Kaisar Fushimi, dan birokrat senior yang dari Kejendralan Kamakura.
Tamekane adalah cucu dari penyair Fujiwara no Tameie. Di Imperial Daijo-kan, ia naik ke peringkat Chūnagon dan Dainagon. Tamekane adalah cucu dari Fujiwara no Teika dan mempunyai kepribadian yang sangat keras. Hidupnya dulu sangat menyedihkan dan Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di pengasingan. Pada 1298, ia dibuang ke Pulau Sado. Kemudian, pengasingan ini telah dimodifikasi menjadi tempat pembuangan di provinsi Tosa.
Setelah ditinggal kakeknya, terjadi perpecahan diantara pengikutnya. Beberapa orang menganggap bahwa saat ini adalah waktu yang konservatif untuk meniru. Mereka menyebut diri sebagai Golongan Nijoo.
Kyoogoku Tamekane dan pengikutnya menganggap bahwa golongan Teika lebih unggul. Namun pada akhirnya, golongan Nijoo-lah yang unggul karena koneksi politik mereka dan menguasai “the final ten imperial poetic anthologies” atau Sepuluh Final Antologi Puisi Kekaisaran.
Kyoogoku Tamekane terus menerus ditekan, namun Ia tetap merasa bahwa Ia benar. Walaupun Ia disebut orang yang mudah marah dan keras kepala, namun karya-karyanya dianggap sebagai karya yang sangat unggul dari kalangan Nijoo. Dia adalah orang yang sangat sensitif dan emosional. Karya-karyanya mencerminkan bahwa Ia sangat mencintai keindahan alam, dan Ia sering menggabungkan keindahan alam dengan perasaan manusia. Puisi-puisinya sangat berpengaruh namun tidak dihormati seperti seharusnya dikarenakan sifatnya yang tidak mau kalah dari lawan yang sesungguhnya jauh lebih kuat darinya.
Salah satu judul karyanya adalah The Gyokuyō Wakashū (玉 叶 和 歌集 atau "Koleksi Daun Permata") adalah antologi waka pada kekaisaran Jepang. Karya itu diselesaikan di suatu tempat antara tahun 1313 dan tahun 1314, dua atau tiga tahun setelah Pensiunan Kaisar Fushimi pertama memerintahkan sekitar tahun 1311. Gyokuyō Wakashū ini juga disusun atas perintah kaisar Fushimi.
Antologi ini disusun oleh Fujiwara no Tamekane, juga dikenal sebagai Kyoogoku Tamekane, yang berasal dari Fujiwara no Teika. Ini cabang dari dinasti penyair bersekutu dengan Reizei liberal muda daripada tua Nijoo konservatif.
Karya ini terdiri dari dua puluh jilid yang berisi 2.796 puisi. Ini dan Fuga Wakashū akan menjadi satu-satunya antologi Imperial disusun oleh baik Ryogoku liberal atau Reizei liberal.
Kyoogoku Tamekane merupakan pelopor penggunaan gaya bahasa Man Yooshuu, namun walaupun demikian dia tetap mengindahkan kaidah-kaidah dan gaya yang ada dalam kumpulan pantun Shinkokinshuu.
Beberapa potongan puisi milik Kyoogoku Tamekane:
梅(うめ)の花紅(はなべに)にほう夕暮(ゆうぐ)れに柳靡(やなぎなび)きて春雨(はるさめ)ぞ降(ふ)る
京極為兼
Menyala terang berwarna merah tua,
Bunga-bunga plum itu menggugah minatku.
Membengkokkan dan hasilnya,
Pohon itu mengayun ke depan dan ke belakang
Di malam saat musim semi tiba.
枝(えだ)にもる朝日(あさひ)の影(かげ)のすくなさに涼(すず)しさふかき竹(たけ)のおくかな
京極為兼
Sinar matahari pagi
Yang merembes hanya sedikit
Membuat sangat sejuk
Bila berada
Di hutan bambu ini
浪(なみ)のうへにうつる夕日(ゆうひ)の影(かげ)はあれど遠(とおし)つ小島(こじま)は色暮(いろく)れにけり
京極為兼
Sinar matahari yang semakin menyusut
Terpancar di deburan ombak,
Disana ada sebuah bayangan,
Tapi, pulau nun jauh itu
Telah ditelan kegelapan.
and this last part is the famous
おりおりのこれやかぎりもいくおもいそのあわれおばしるひともなし
time after time we have thought each rendezvous would be our final. those beautiful sad moments no one else can ever know.
btw it's Indonesian, and some are a lil bit hard to understand, because i'm not good at translating haha
Kyoogoku Tamekane atau dikenal juga sebagai Fujiwara no Tamekane hidup dari tahun 1254-1322. Ia adalah seorang penyair, seorang pejabat di istana kekaisaran Kaisar Fushimi, dan birokrat senior yang dari Kejendralan Kamakura.
![]() |
the dude |
Tamekane adalah cucu dari penyair Fujiwara no Tameie. Di Imperial Daijo-kan, ia naik ke peringkat Chūnagon dan Dainagon. Tamekane adalah cucu dari Fujiwara no Teika dan mempunyai kepribadian yang sangat keras. Hidupnya dulu sangat menyedihkan dan Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di pengasingan. Pada 1298, ia dibuang ke Pulau Sado. Kemudian, pengasingan ini telah dimodifikasi menjadi tempat pembuangan di provinsi Tosa.
Setelah ditinggal kakeknya, terjadi perpecahan diantara pengikutnya. Beberapa orang menganggap bahwa saat ini adalah waktu yang konservatif untuk meniru. Mereka menyebut diri sebagai Golongan Nijoo.
Kyoogoku Tamekane dan pengikutnya menganggap bahwa golongan Teika lebih unggul. Namun pada akhirnya, golongan Nijoo-lah yang unggul karena koneksi politik mereka dan menguasai “the final ten imperial poetic anthologies” atau Sepuluh Final Antologi Puisi Kekaisaran.
Kyoogoku Tamekane terus menerus ditekan, namun Ia tetap merasa bahwa Ia benar. Walaupun Ia disebut orang yang mudah marah dan keras kepala, namun karya-karyanya dianggap sebagai karya yang sangat unggul dari kalangan Nijoo. Dia adalah orang yang sangat sensitif dan emosional. Karya-karyanya mencerminkan bahwa Ia sangat mencintai keindahan alam, dan Ia sering menggabungkan keindahan alam dengan perasaan manusia. Puisi-puisinya sangat berpengaruh namun tidak dihormati seperti seharusnya dikarenakan sifatnya yang tidak mau kalah dari lawan yang sesungguhnya jauh lebih kuat darinya.
Salah satu judul karyanya adalah The Gyokuyō Wakashū (玉 叶 和 歌集 atau "Koleksi Daun Permata") adalah antologi waka pada kekaisaran Jepang. Karya itu diselesaikan di suatu tempat antara tahun 1313 dan tahun 1314, dua atau tiga tahun setelah Pensiunan Kaisar Fushimi pertama memerintahkan sekitar tahun 1311. Gyokuyō Wakashū ini juga disusun atas perintah kaisar Fushimi.
Antologi ini disusun oleh Fujiwara no Tamekane, juga dikenal sebagai Kyoogoku Tamekane, yang berasal dari Fujiwara no Teika. Ini cabang dari dinasti penyair bersekutu dengan Reizei liberal muda daripada tua Nijoo konservatif.
Karya ini terdiri dari dua puluh jilid yang berisi 2.796 puisi. Ini dan Fuga Wakashū akan menjadi satu-satunya antologi Imperial disusun oleh baik Ryogoku liberal atau Reizei liberal.
Kyoogoku Tamekane merupakan pelopor penggunaan gaya bahasa Man Yooshuu, namun walaupun demikian dia tetap mengindahkan kaidah-kaidah dan gaya yang ada dalam kumpulan pantun Shinkokinshuu.
Beberapa potongan puisi milik Kyoogoku Tamekane:
梅(うめ)の花紅(はなべに)にほう夕暮(ゆうぐ)れに柳靡(やなぎなび)きて春雨(はるさめ)ぞ降(ふ)る
京極為兼
Menyala terang berwarna merah tua,
Bunga-bunga plum itu menggugah minatku.
Membengkokkan dan hasilnya,
Pohon itu mengayun ke depan dan ke belakang
Di malam saat musim semi tiba.
枝(えだ)にもる朝日(あさひ)の影(かげ)のすくなさに涼(すず)しさふかき竹(たけ)のおくかな
京極為兼
Sinar matahari pagi
Yang merembes hanya sedikit
Membuat sangat sejuk
Bila berada
Di hutan bambu ini
浪(なみ)のうへにうつる夕日(ゆうひ)の影(かげ)はあれど遠(とおし)つ小島(こじま)は色暮(いろく)れにけり
京極為兼
Sinar matahari yang semakin menyusut
Terpancar di deburan ombak,
Disana ada sebuah bayangan,
Tapi, pulau nun jauh itu
Telah ditelan kegelapan.
and this last part is the famous
おりおりのこれやかぎりもいくおもいそのあわれおばしるひともなし
time after time we have thought each rendezvous would be our final. those beautiful sad moments no one else can ever know.
Subscribe to:
Posts (Atom)