Saturday, November 29, 2014

10% だけ?!

As usual, i can't sleep again. Hehe. Anyway, gue abis nonton film yang baru-baru ini rilis, yaitu Lucy. And it was totally owsom! Jadi ceritanya[spoiler alert!], si Lucy ini disuruh nyampein koper sama temennya, bukannya ga mau tapi si Lucy dipaksa sampai-sampai diborgol sama temennya ini si Richard, lalu ia harus nyampein isi koper ini ke Mr. Jang kalo mau lepas dari borgol. Ya mau ga mau akhirnya si Lucy nyamperin Mr. Jang. Singkat cerita ternyata isi dari koper adalah narkoba baru jenis CPH4. Nah, si narkoba ini harus disebarin ke berbagai negara, tapi biar ga ketauan narkobanya disimpen di dalam perut Lucy dan 3 orang lainnya. Sebelum berangkat Lucy dikurung di suatu tempat (masih miss ini kenapa) lalu ia ditendang habis-habisan di bagian perut. Secara ga sengaja si narkoba pun pecah dan menyebar ke dalam tubuh Lucy. Dia jadi hebat banget, bisa semua hal, tapi udah mulai kehilangan sifat manusianya. Ternyata, si narkoba ini bisa mengoptimalkan kerja otak yang katanya baru dipakai 10% oleh seluruh manusia.


Abis nonton, langsung tertarik banget, apa bener otak kita itu baru digunakan cuma 10% aja? Terus, kalo kita bisa ngegunainnya sampe 100%, bakal bisa ngelakuin banyak hal? Karena di film, dijelasin di setiap tingkatan otak si Lucy ini berkembang, apa aja yang bisa dia lakukan, Mulai dari mengendalikan barang, mengetahui isi tubuh orang, bisa berbagai bahasa, sampe bisa melawan gravitasi dan mengendalikan udara. Keren banget, kan?! Langsung lah abis ngobrol sama temen, cari-cari di internet dan dari berbagai sumber. Dan ternyata.....
Secara sains, ga ada yang pernah bilang kalo si otak kita ini baru dipake 10%. Isu ini berkembang sejak jaman dulu, pas dunia kedokteran ga sehebat sekarang. Waktu itu para ahli mengetes tentang bagian-bagian otak yang terhubung dengan organ, yaitu dengan diberi kejut listrik. Nah pada saat itu, bagian yang merespon hanya 10% dari seluruh otak, lalu berkembanglah isu tersebut. Nyatanya, 90% bagian dari otak tersebut ga merespon karena terhubung dengan sesuatu yang tidak kasat mata, seperti kemampuan berpikir dan berbahasa. Hal itu ga bisa dibuktiin dengan dilihat dong, maka jadilah kesimpulan tersebut. Padahal, manusia telah mempergunakan otaknya 100%, karena ngga mungkin kalo cuma 10% yang digunain, tapi masih disimpen aja. Mending dibuang aja.
Jadi intinya, pernyataan dan anggapan orang-orang di film Lucy itu masih perlu diperbincangkan lagi, namun sepertinya sih akan ke konklusi bahwa memang manusia telah mempergunakan otaknya 100%. Di film yang baru aja gue sempet nonton yaitu The Sorcerer's Apprentice pun sedikit dibahas tentang 10% otak itu, kalo bisa ngegunain lebih, bakal bisa jadi Sorcerer. Lalu kenapa isu itu masih saja diterima masyarakat? Mungkin karena manusia lebih senang mempunyai harapan, harapan apa saja yang bisa dilakukan jika benar-benar baru menggunakan 10% otaknya, dan apa yang terjadi jika bisa mengoptimalkannya dengan maksimal. Gue sendiri masih belum yakin tentang hal ini karena bukan di bidangnya, jadi mencari referensi dari sana-sini akan cukup membantu. Intinya mah, nonton film yang 'berat' itu seru! Oke, pencitraan banget. Hahaha

Sumber:
https://www.zenius.net/blog/4984/otak-10-persen-manusia-mitos-miskonsepsi-debunk

Wednesday, November 26, 2014

寝られなかった

Saat ini waktu menunjukkan pukul 2.49 pagi, dan aku baru saja terbangun dari tidurku yang singkat. Entah mengapa akhir-akhir ini sering sekali tertidur saat jam 10-an, namun terbangun kembali jam 1-an. Padahal, banyak sekali yang bisa aku lakukan pada waktu-waktu saat aku tertidur tersebut. Seorang teman baru saja meng-update statusnya bahwa sangat sayang jika waktu dihabiskan hanya dengan tertidur, jika saja manusia tidak butuh istirahat. Dan aku pun berpikir, ya,mungkin akan berbeda cerita jika manusia tidak butuh tidur.
Aku sudah menginjak tingkat tiga dari masa kuliahku, dan semua hal terasa begitu rancu. Entah mengapa aku merasa aku hanya tertidur selama 2 tahun terakhir. Bukan di bidang akademik (saja?) namun pula bidang lainnya. 2 tahun terasahanya lewat saja bagiku. Kukira dahulu, saat aku masih berada di tingkat satu, akan banyak hal-hal yang akan telah kualami dan atau kucapai pada tahapini. Namun ternyata anganku melayang terlalu jauh. Nyatanya, masih sangat banyak hal-hal yang jauh dari pencapaian. Dan pada tingkatan ini pun justru tak lebih baik, karena semakin tinggi posisimu, semakin kencang angin yang menerpa.
Tidak, tidak hanya kerugian yang kudapat selama dua tahun terakhir. Banyak sekali hal-hal yang telah kau rasakan pertama kalinya. Bagaimana berbicara dengan orang baru,menyesuaikan diri, menemukan teman-teman yang baik, mengenal orang-orang yang sama sekali baru, mengadakan acara, melalui deadline, menonton konser-konser mahasiswa[!], dan tentunya belajar bahasa baru yang selalu aku geluti sehari-hari ini. Tak berat memang, hanya saja ekspektasi dari orang sekitar yang membuatnya makin seperti tumpukan sampah, menggunung. Oke, itu penggambaran yang agak aneh. Harapan-harapan orang sekitar lah yang membuatnya menjadi beban, yang seharusnya menjadi beban. Sungguh, aku tak menyesal bisa berada disini, namun kadang lebih baik berada di tempat yang jika orang berharap banyak, kau bisa melemparnya dengan bukumu yang berat.
Tahun ini harus menjadi lebih baik! umurku pun sudah tak belasan lagi, dan ya, tak ada sesuatu yang signifikan berubah dari diriku. Mungkin ada, namun terlalu buram bagiku untuk menyadarinya. Sekitar satu bulan lagi tahun akan berganti menjadi 2015, dan semoga, tahun itu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya!

Sunday, July 27, 2014

Those sleepless night

Bagi orang-orang mungkin begadang sesuatu yang biasa dalam ngerjain tugas, tapi gue selalu mengusahakan ngga ngerjain tugas sampe harus begadang, mending tidur, baru abis itu dilanjut lagi pas subuh. Cara orang berbeda-beda, dan cara gue seperti itu. Tapi, yang ngga baik adalah, sering banget begadang cuma gara-gara kebanyakan tidur pas siangnya.
Biasanya kalo libur, pasti males banget mau melakukan apapun. Apalagi di rumah, semua udah tersedia. Godaan itulah yang membuat akhirnya biasanya jadi pengen bangun siang atau tidur siang, sehinga jam tidur lebih panjang dari biasanya. Dan itulah yang selama ini membuat gue sering terjaga hingga (hampir) pagi.
Kebiasaan yang ngga sehat, gue tau, tapi merubah sesuatu yang udah terbiasa itu susah banget. Harus diubah dengan sesuatu yang tiba-tiba juga. Contohnya, gue libur selama 5 hari, dan pas 5 hari itu gue selalu begadang, untuj benerin jam tidurnya, di hari ke 6 gue harus bangun pagi dan melakukan kegiatan yang gak memungkinkan gue untuk tidur, bagusnya lagi kegiatan yang menyiksa, kayak panas-panasan gitu. Mengapa? Soalnya, gue termasuk orang yang gampang tidur, cuma dikasih kursi thok aja bisa tidur, makanya lebih baik keadaannya sedikit dipaksa dan menyiksa. Dan tambah bagus lagi kalo bukan cuma sekali "hari kaget"nya, 2-3 hari itu lumayan, jadi pas kesana-kesananya bakalan terus ngikutin "hari kaget" tersebut walaupun cuma dirumah/dikosan aja. Itu gue lho ya, orang kan beda-beda, mungkin kalian berbeda dari gue hehe.
Tapi terjaga pada malam hari itu banyak memberi gue pelajaran, apa aja yang ga dilakuin sama orang tidur, dan biasanya ga gue lakuin biar orang kira gue tidur (maapin ya Allah u,u)
First, sleep people do not sneeze! Awalnya gue sempet galau, kalo orang lagi tidur, bisa bersin gak ya. Tapi setelah beberapa malam gue terjaga, yang bersin biasanya cuma gue, padahal adek gue punya semacam alergi kalo malem, tapi dia gak pernah bersin kalo udah mulai agak malem banget. Jadi konklusi gue, tahanlah bersin kalo mau dikira tidur hehehe.
Yang kedua, tahan mata buat gak bergerak sehingga kelopak mata gak bergerak juga. Kenapa? Ya itu, sleep people don't move their eyes. Ketahuan banget kalo kita merem, tapi kelopak matanya masih bergerak-gerak, pasti bakal langsung dibangunin. Jadi, tahan kelopak mata biar gak bergerak. Bisa kok, (sepengetahuan gue), sukses-sukses aja selama ini hehehe.
Ketiga, sleep people do not yawn. Ya iya atuh, udah tidur, masa masih nguap juga. Walaupun nguap ga berarti ngantuk, tapi biasanya kita ngga nguap kalo emang lagi tidur. Looks like our brain refuse to take more oxygen from yawning. Beberapa orang sih gue pehatikan suka tiba-tiba menarik napas panjang dari hidung kalo tidur, but never yawn.
Hal-hal diatas bukan untuk ditiru, melainkan jadi patokan buat kita, disebelah kita udah beneran tidur, apa cuma ngga mau diganggu hehe. But everyone has their own privacy, like do not want to be disturb when they're already lying down, so respect it. (Itumah elo aja yang malesan orangnya hehe). Tapi inget lagi, setiap manusia itu beda-beda, jangan bilang orang masa ga bisa ngelakuin apa yang kita lakuin, sebelum kita ngeliat apakah kita bisa ngelakuin apa yang dia lakuin :)
Tiga hal diatas bisa aja salah, karena gue hanya memperhatikan sekitar gue, bukan seluruh dunia. Siapa tau ada yang suka tidur sambil bersin-bersin, atau nguap. Intinya sih, jangan begadang kalo ga ada artinya :p

Thursday, July 24, 2014

Ramadhan Alert!

Sebenernya udah lama pengen banget nulis sesuatu yang berhubungan dengan ramadhan. Tapi apa daya, di ujung-ujung ramadhan ini baru sempet dilakuin hehe.
Alhamdulillah kota semua masih ketemu dengan ramadhan tahun ini dengan sehat. Ramadhan tahun ini seperti biasa diisi dengan kegiatan merantau, alias gak di rumah selama kira-kira setengah bulan. Alasannya? Demi menerima kalian, para mahasiswa baru :')
Hahha pencitraan. Memang pelatihan untuk menjadi panitia penerimaan mahasiswa baru selalu bertepatan dengan bulan ramadhan. Tapi, pilihan kita apakah ingin ikut serta apa ga. Karena di kampus gue pada saat tahun ketiga udah gak boleh ikutan lagi, maka jadilah gue ikut lagi buat tahun ini, itung-itung terakhir. 

UAS di kampus gue sengaja diselesain sebelum masuk puasa, jadinya pas puasa udah bener-bener gak ada kuliah, cuma ada SAT atau semester alih tahun, untuk memperbaiki nilai atau mengambil mata kuliah yang belum memadai. Gue memutuskan untuk gak ngambil tahun ini, tapi tetep ikut kepanitiaan. Jadi ya mau ga mau harus tetep merantau. Sedih ya. Tapi ya udah pilihan gue, jadi dijalani saja dengan senang hati :D

Menjalani kehidupan ramadhan di perantauan juga gak sedih-sedih banget kok. Kita malah bisa bukber tiap hari, apalagi di daerah kampus gue ada yang namanya "gerbang lama", nah kalo pas buka puasa, disitu bakal dipenuhi sama pedagang-pedagang dan pula para pembeli yang menunggu waktu berbuka. Rame juga kan. Ribetnya cuma pas sahur kok. Kalo males keluar subuh-subuh berarti harus beli makanan dari malem, dan dijaga biar gak basi hehe.

Uniknya lagi, alhamdulillah tahun ini di kampus gue sudah dibangun masjid raya yang lebih baik dari sebelumnya. Tahun lalu, gue lebih banyak melakukan shalat tarawih di kosan. Selain sering pulang malem karena tuntutan pekerjaan, masjid yang lama itu menurut gue kurang nyaman. Nah sekarang udah nyaman, mending ke masjid sekalian hehe. Tapi, shalat di masijd yang sudah terbiasa dengan kita di rumah, jauh banget bedanya dengan shalat di rumah.
Pertama dari jumlah rakaat. Tiap imam pasti berbeda, namun di rumah gue terbiasa dengan 2 rakaat 2 rakaat. Pas disana, harus membiasakan diri dengan 4 rakaat 4 rakaat. Kadang masih suka lupa menyesuaikan niatnya. Apalagi pernah sekali 2 rakaat 2 rakaat, gak kayak biasanya. Untungnya selanjutnya udah mulai terbiasa dan selalu 4 rakaat 4 rakaat.

Kedua suasananya. Karena masih di dalam kampus, rata-rata yang shlat disana hanya mahasiswa, hanya segelintir ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-anak. Keuntungannya? Gak berisik! Ini pengalaman yang baru aja gue rasain kemaren paa udah pulang ke rumah. Seperti biasa sesudah isya sebelum tarawih, selalu ada kultum. Dari saat itu, udah kedengeran suara anak-anak yang teriak-teriak dan main seakan lagi di taman bermain. Gue kira cuma pas kultum aja, tapi ternyata....mereka gak berhenti walaupun shalat tarawih udah dimulai. Ya Allah, cobaan banget. Suara imam aja sayup-sayup kedengerannya, padahal udah pake speaker. Dahsyatnya suara anak-anak itu cuma bisa dirasain sendiri hheh. Karenanya gue merasa beruntung pas disana itu gak ada anak-anak dan suasananya aman damai dan tentram.
Setelah ngalamun kejadian itu gue berpikir, kalo gue di posisi orang tuanya, pasti dilema juga. Disatu sisi pengen ngajarin anak untuk rajin shalat dan untuk gue sendiri juga jadi bisa berjamaah terus. Tapi di sisi lain, ya gitu. Malah jadi bikin shalatnya gak khusyu. Baru suara, belum kalo yang mondar/i di depan sajadah atau narik-narik mukena. Pernah gue ngeliat ibu-ibu yang shalat bawa anaknya 3 orang dan masih kecil-kecil, selama shalat beliau selalu digangguin anaknya. Mulai dari diajak ngomong, ditarik-tarik mukenanya, sampe kaki ibunya didudukin pas lagi sujud, sampe ga bisa bangun. Subhanallah, sabar banget ibu itu. Kalo gue, yah sudahlah. Hahaha.

Intinya, banyak banget cerita si bulan ramadhan tahun ini. Akhirnya ramadhan ini udah mau berakhir. Gak kerasa lho. Waktu awal-awal sih kerasa banget, apalagi minggu pertama. Tapi selanjutnya gak nyadar kalo lebaran sebentar lagi.
Gue mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila tulisan-tulisan gue selama ini mengganggu, bikin kesel, dongkol, banyak salahnya, dan semacam-semacamnya. Semoga di bulan yang suci ini kita bisa mendapatkan keberkahan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya, lebih berguna dan sebelumnya. Seperti biasa, jika ada yang gak berkenan bisa langsung dikomen di box di bawah, jangan jadi silent reader, ya! :3

Tuesday, July 1, 2014

Road To One Direction On The Road Again Tour 2015

Memang, buat apa menghambur-hamburkan uang demi orang lain, tetapi, momen dan kepuasan itu, tak ternilai harganya.

Sekitar 2 minggu lalu kalo ga salah, saat baru mau latihan ukm, tetiba dipanggil temen yang ketemu dijalan "Mik! 1D bakalan ke Indo loh! Paling mahal 2,75juta!" Saat itu juga langsung kaget bercampur seneng dan ga percaya. Tapi temen gue ini emang kerja di music blog yang cukup terkenal, jadi masa dia mengada-ada. Akhirnya setelah cari sana-sini, ternyata penantian kami hampir terbayarkan.

One Direction On The Road Again 2015.
Sebenernya agak rancu sama namanya, soalnya setau gue yang sedang dijalani itu Where We Are Tour 2014, apa karena udah beda tahun ya. Oke skip. Saat itu, bingung lah mau ngajak nonton siapa. Alhamdulillah masih ada rezeki, jadi udah nabung dari dulu. Tapi kan ga semua orang menetapkan hati seperti gue. Hari pembelian tiket udah deket, temen nonton belum ada. Sempet luntang-lantung berhari-hari nyari temen buat nonton, udah ngehubungin semua yang gue kenal yg suka juga, masih engga dapet-dapet. Akhirnya pada suatu hari lagi rapat, senior gue di kampus ngajak duluan, dan gue langsung menyetujui tanpa mikir-mikir lagi. Ih! Kenapa gue bisa lupa kalo senior gue itu suka juga. Akhirnya jadilah kita berencana buat beli tiket. Penjualan tiket terbagi 2, offline dan online. Karena penasaran, akhirnya kita milih yang offline aja belinya.
Dari sini udah mulai seru nih. Tadinya, gue sama temen gue mau jalan bareng, ketemuan di komdak atas jakarta, baru langsung ke tempat pembelian tiket yaitu di mall Kota Kasablanka, tapi pagi hari tanggal 31 mei pas hari penjualan tiket...temen gue bbm, doi ga bisa. Bingung, kesel, semuanya campur-campur. Udah siap juga gue padahal itu, tinggal berangkat banget. Tapi ga nyalahin siapa-siapa juga, emang lagi dikasih halangan aja sama Allah kan. Akhirnya jadilah gue jalan sama nyokap, nyampe sana sekitar jam 8 pagi. Padahal di twitter udah dibilang sama promotornya jangan antri dari pagi, ternyata pas gue dateng aja udah rame banget-bangetan, dan denger-denger ada yang dari malem. Niat sekali ya..
Akhirnya mau ga mau gue ikut ngantri. Antriannya itu 2 kali, pertama di luar mall kita antri gelang yg bertuliskan no antrian untuk beli tiket, baru nanti masuk ke mall tersebut lantai 4 lalu mengantri sesuai no yang ada di gelang untuk beli tiket. Harusnya kayak gitu. Tapi emang ada aja cobaan ya. Sekitar jam 9 kurang, ada kabar kalo loket gelang di depan ditutup, panitia dibawa ke polisi karena ga punya ijin jualan hari itu, dan antrian harus dibubarin karena bikin macet.
Kita yang dari pagi udah desek-desekan, panas, kesel disela orang terus antriannya, tambah diuji disitu. Gue disatu sisi mau percaya kalo emang udah dibubarin, tapi disisi lain yang lain masih pada antri, ga mau dong keluar barisan, takutnya tiba-tiba di depan dibuka lagi loket gelangnya. Udah kepalang jauh. Jadilah akhirnya antrian tetep jalan tanpa kepastian. Para orang tua&kerabat yang berada di luar barisan, udah ngasih tau ke orang-orang yang ada di antrian kalo di depan udah ga ada panitia, tapi tetep aja barisan jalan terus. Polisi juga udah ngasih tau kalo ini udah dibubarin, tapi ya itu tadi, antrian tetep jalan. Sampe sekitar jam 11an, temen-temen yang lain udah teriak-teriak nyorakin panitia tapi tetep ga ada kejelasan terus, akhirnya kita pun bubar karena bener-bener ga ada kepastian, dan gue mutusin, yaudah lah, beli online aja.
Akhirnya gue masuk ke dalam mall tempat antri tiket. Kepo aja, di dalem kayak gimana. Ternyata disana udah rame sama orang-orang baik yang udah punya gelang antrian maupun engga, karena sama-sama butuh kejelasan. Kalau menurut gue disini panitia udah jatoh banget dimata pembeli, udah dijelek-jelekin banget dan udah diteriak-teriakin tapi tetep ga ada kejelasan. Karena kepo(lagi) akhirnya gue tetep disitu hingga beberapa lama, sambil ada yang terkesan 'juru bicara' dari pembeli tiket yang ngomong ke panitianya. Tapi karena udah berisik banget, gue ga mendengar satupun yang mereka katakan haha. Entah kenapa hari itu lapar tak terlalu terasa, tapi karena penyakit anak kos ini tentulah harus makan. Ga lama juga udah masuk dzuhur, akhirnya kabur dari kondisi itu, santai-santai bentar di mushalla, abis itu makan siang. Setelah pikir panjang, akhirnya mutusin yaudah liat dulu akhirnya gimana, apakah bakal lanjut atau emang dibubarin, karena gue liat di twitter panitia bahwa hari ini bakal ditutup. Yaudah, mau tau kita nasibnya harus online aja kah atau gimana, dan onlinenya jadi gimana, balik lagi lah gue ke tempat ngantri tiket, di lantai 3 depan tangga menuju lantai 4.
Pas sampe disana, tiba-tiba ternyata ga jadi dibubarin, dan kita disuruh ngantri lagi. Gue mikirnya udah tanggung lah, ga mau ga dapet hari itu lah ya, udah keringetan masa ga dapet apa-apa, akhirnya ngantri lagi lah gue hingga jam 4an kayaknya, baru disitu semua gelang antrian dibagiin. Alhamdulillah, akhirnya 80% bakalan dapet tiket. Tapi ternyata, antrian yang gue dapet no-nya 2900an, sedangkan saat gue dapet, yang sedang dipanggil itu no 1000an.
Semuanya jadi kepalang tanggung. Mau balik lagi juga sayang banget ga dapet apa-apa. Akhirnya dengan berat hati gue ngantri lagi dari jam 4an sampe jam setengah 10 malem baru dapet tiket. Untungnya tempat antri tiket semacam di ballroom, duduk dan ber-AC, ga terlalu menyiksa juga. Di dalem juga diputerin lagu-lagu 1D dan film this is us. Tapi ya saking jauhnya antrian gue, sampe hampir 3x nonton itu film di dalem ballroom hehe. Sebenernya step pembelian belum 100%, ada satu hal lagi yang harus dilakuin, tapi karena belum ada konfirmasi, jadi kita baru 'pesen' doang ceritanya. Sekitar seminggu selanjutnya, baru kita melakukan transaksi pembayaran. Alhamdulillah, tinggal tuker tiket. Temen gue yang tadinya mau bareng gue pun, udah dapet tiket juga lewat online, dan tiket yang sama dengan gue. Kalo dipikir-pikir, kenapa gue ga langsung beli online aja ya, ga capek, sama aja pula dapetnya. Tapi kalo belinya online, ga nulis blog ini dong hehe.

Usut punya usut, baru-baru ini insiden itu masuk berita. Ternyata, yang gue tonton di tv, surat perizinan untuk penjualan tiket hari itu dipalsukan sama satu pihak, itulah yang bikin hari itu jadi berantakan penjualan tiketnya. Semoga jadi pelajaran buat semua orang, bahwa tindakan kecil, bisa menyusahkan banyak orang, lho. In short, see you in '15, lads!

Sunday, June 8, 2014

Makan

Tulisan ini dibuat saat lagi lapar-laparnya dan mulai hari senin udah UAS. Ga apa, daripada ga produktif sama sekali.



Masalah makan bagi sebagian orang itu masalah kecil, tapi bagi gue itu sesuatu yang besar. Makan untuk hidup, atau hidup untuk makan? Kalau gue sih, makan untuk hidup. Iya atuh, kalo ga makan, gimana mau hidup. Tapi masalah makan itu ga semulus yang dikira, apalagi kalau udah ketemu yang namanya bosan.
Sekitar 2 tahun gue tinggal di kota kecil bernama Jatinangor di kabupaten Sumedang, untuk menuntut ilmu. Dan tentunya, harus makan, dong. Jenis makanan di kota ini cukup banyak dan bervariasi, dilihat dari bermacamnya restoran atau warung makan yang ada. Apalagi, semenjak 2 tahun lalu gue tinggal disini hingga sekarang, tempat makanan kian bertambah, sejajar dengan penambahan warganya.
Walaupun baru 2 tahun, bisa dibilang gue udah nyobain kebanyakan makanan disini. Well, ga semua sih, sebagian besar. Mungkin karena itu, akhir-akhir ini gue bertemu dengan hal yang mengesalkan itu, bosan.
Entah kenapa, akhir-akhir ini indra perasa gue terlalu memilih-milih. Padahal, dulu karena semua mau, malah bingung mau makan apa. Sekarang, makanan yang paling sering gue pesen pun, selalu ga habis. Mulai dari makanan Indonesia seperti ayam goreng, bakar, penyet, ketoprak, pecel lele, pecel ayam, bahkan nasi padang, gue udah bosen. Ga cuma itu, berbagai makanan khas Indonesia yang seharusnya cocok di lidah pun, akhir-akhir ini terasa hambar. Begitu pula makanan yang agak nyerempet western food. Mulai dari spaghetti, steak, dan semacamnya, memesan pun terasa berat, karena tau bakal ga abis. Kenapa ya. Gue juga bingung, kenapa indra perasa gue bisa begini. Dan ini tuh sangat nyusahin, karena setiap hari sekitar 3x kali, gue harus berpikir kira-kira makan apa hari ini. Belum lagi, harus menyesuaikan dengan kantong anak kos, ga bisa makan seenaknya dimana aja. Dan hingga sekarang, gue masih merasakan hal itu. Untuk makan malam ini, udah berpikir keras dari tadi sore, dan saat beberapa pilihan dijatuhkan, ternyata banyak kendala. Mau jalan ke warungnya sendiri, berasa males banget.
Kalau dipikir-pikir, sebenernya ga harus kayak gitu. Pertama, percuma aja mikirin mau rasa apa yang enak di lidah, toh pas udah sampe kerongkongan, semua sama. Seharusnya yang dipikirin adalah garis lurus antara tingkat ke-kenyang-an dan sesuai di dompet. Pasti maunya yang porsinya banyak tapi murah kaan. Iya, gak? hahaha
Yang kedua, yaelah, masih kalah sama males? Kalo misalnya mau dapetin sesuatu, ya usaha dong buat ngedapetin sesuatu itu. Dengan duduk doang menunggu, mah, ga bakalan dapet apa-apa. Yang sering gue temuin sih kalimat "saat kamu sedang santai, orang-orang disana sedang berusaha jauh lebih keras darimu." Orang kan beda-beda, oleh karena itu usahanya untuk mendapatkan sesuatu pasti beda-beda. Kok ini jadi nyambung kemana-mana ya hahaha. Intinya, kalo mau ngedapetin sesuatu, ya jangan males.
FYI, tadi gue pending nulis untuk makan, dan akhirnya gue mencoba untuk makan lagi makanan yang sudah sering gue makan(?). Intinya mencoba untuk ga bosan gitu. Dan alhamdulillah, sepertinya rasa bosan itu udah berkurang. Alhamdulillah masih bisa makan untuk malam ini. Buat yang belum makan, ayo makan sekarang, biar insya Allah berkah. Buat yang diet, diet itu mengurangi porsi makan, bukan jadi ngga makan. Jadi, yang belum makan, ayo makan :D

Monday, May 5, 2014

Workshop Menulis, Blogging, dan Vlogging

Dihari yang sangat grasak-grusuk dan buru-buru ini, ga sengaja ngeliat spanduk yang tulisannya “workshop menulis, blogging, dan vlogging” yang diadain sama dompet dhuafa bareng himpunan mahasiswa sosiologi unpad. Setelah dilihat baik-baik, ternyata sedang berlangsung saat ini juga di aula fakultas gue. Tanpa pikir panjang, gue sama temen-temen gue langsung daftar buat ikutan. Alhamdulillah masih bisa ikut, karena acaranya juga baru selesai jam 12-an katanya. Setelah daftar, ternyata dikasih snack pula. Alhamdulillah, berkah siang-siang :D


Saat gue masuk, mbak Arum dari wideshot metro TV sedang memberikan beberapa materi. Kami diperlihatkan video tentang Citizen Journalism yang dilakukan oleh warga Bandung, dengan tema “Zona Merah PKL”. Oh iya, Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga adalah adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita pada masa mendatang ( http://wikipedia.com ). Setelah diperlihatkan video, mbak Arum mengajak beberapa orang dari kami untuk mencoba Jurnalisme Warga di tempat. Salah satu temen gue, Dana, setelah perdebatan beberapa lama, akhirnya memutuskan untuk maju. Bersama 6 orang lainnya, mereka “dites” oleh mbak Arum untuk melaporkan opening atau closing sebuah peristiwa. Awalnya mbak Arum menanyakan satu-satu mengenai kegemaran para mahasiswa yang telah maju, dengan anggapan akan lebih mudah untuk merangkai kata jika kegemaran masing-masing. Namun mungkin karena grogi, akhirnya kebanyakan mbak Arum yang memberikan tema. Temanya pun menyangkut hal-hal yang kita hadapi sehari-hari, seperti parkir liar, jalan rusak, sampah, dan lain-lain. Beberapa orang ada yang grogi, namun ada juga yang cukup lancar dalam menyampaikan beritanya, padahal pada saat itu langsung praktik di depan kamera, direkam oleh mas Galih (kalo ga salah, agak lupa juga, maaf ya mas...) yang juga dari wideshot metro TV. Namun, gue salut banget sama mereka yang udah maju. Ngumpulin keberanian aja ga gampang, apalagi habis itu harus merangkai kata dan untuk berbicara di depan kamera....kalo gue belum sanggup kayaknya hehe. Tapi sempet nyesel juga sih, karena sehabis itu dipilih 3 terbaik yang akan mendapatkan suvenir dari wideshot metro TV, dan juga sisanya mendapatkan suvenir dari dompet dhuafa, kan bisa buat kenang-kenangan hehehehe.

Pembicara berikutnya adalah mbak Meti, seorang ibu rumah tangga, guru, dan juga blogger. Beliau memberikan materi tentang gimana awalnya beliau bisa masuk dunia blogging, dan tentang informasi lainnya mengenai dunia blogging. Blogging itu bisa dilakukan oleh siapa aja, ga terbatas umur ataupun profesi. Blogging juga banyak macamnya, mulai dari hanya curhatan sehari-hari, hingga review tentang sesuatu baik makanan maupun film. Namun, seperti apa yang dibilang oleh mbak Meti, kita tetap harus menghargai norma-norma yang ada dalam blogging. Walaupun kesannya sepele, tapi hal ini harus diperhatikan, lho. Contohnya, penjiplakan. Jika kita mengambil sumber data dari suatu artikel, mencantumkan sumber itu suatu keharusan, walaupun yang kita ambil itu gambar dari google sekalipun. Kalo menurut gue itu juga penting, karena kita kan ga tau gimana susah payahnya orang bikin artikel atau gambar, terus kita ambil dan menjadikan hak milik seenaknya. Selain itu, yang penting juga kontinuitas kita. Kalo cuma nulis sekali setahun, ya kasian yang mau baca juga, keburu males nunggunya hehe. Buat menunjang “ketenaran” blog kita juga, share ke media sosial itu penting, soalnya kan ga semua orang ngestalk kita hahaha. Kalo ga di-share, orang tau dari mana kali kita punya tulisan baru hehehe. Tapi itu balik lagi ke masing-masing orangnya, apakah kita ingin men-share tulisan kita, ataupun tidak.

Dan karena abis mengikuti seminar tadilah, akhirnya gue menulis tulisan ini hehe. Alhamdulillah jadi dapet ilmu baru tentang dunia jurnalistik ini. Walaupun sebenernya gue masih ga pede dengan tulisan gue, karena gue masih merasa tulisan gue cuma kayak curhatan biasa, bukan tulisan-tulisan berbobot kayak yang lainnya hehe. Tapi ya suatu awal aja, siapa tau tiba-tiba ada yang nawarin disuruh dateng ke tempat dia untuk nyobain produk dan ngereview di blog gue hahaha :D


Seminar tadi juga ada info mengenai tentang berbagai macam lomba lho. Info lengkapnya bisa cek disini aja ya! http://citizenjournalismindonesia.blogdetik.com/

Sumber poster:
https://twitter.com/HIMSOS_UNPAD/status/461485602949447680/photo/1

Tuesday, March 25, 2014

A Trip To Dusun Bambu, Lembang

well, hai. Last Saturday, at March 22nd to be exact, gue sama temen-temen divisi pubdok dari Fesbukan 2013 kemarin, mutusin buat main bareng, ngumpul-ngumpul aja karena kita juga bukan dari kelas dan angkatan yang sama, jadi menyambungkan kembali tali silaturahmi yang udah lama renggang (halah).
At first, I didn't even know where are we going, I just agreed to join the trip. And then about 3 days earlier they said we will go to Dusun Bambu, Lembang. My first reaction was....never heard of it. But we are doing this for fun, so why should we consider the place? And then, in the morning of March 22nd, we're taking off.
We went by car, and there were six of us. It took about 2 hours to get there, tapi itu juga gara-gara banyak berhenti dan sebenernya masih ga tau jalan haha, but luckily right when adzan dzuhur, we've arrived.
Dusun Bambu Family and Leisure Park. If i'm not mistaken, letak kawasan wisata ini berada di paling atas lembang, makanya paling jauh. Harga tiket masuk cukup terjangkau, hanya 10 ribu rupiah per-orang, dan biaya tiket masuk mobil 10-ribu. Enaknya pergi rame-rame itu, kalo untuk biaya bersama jadi bisa patungan, kayak tiket masuk mobil ini hehe. Pas masuk, ternyata kita ga langsung sampe ke kawasan wisatanya. Disana kita harus naik mobil lagi, untuk ke atas. Mobilnya lucu banget, bentuknya pick up yang dihias bunga-bunga, tapi jumlah mobilnya cuma ada dua. Jadi, cukup ngantri buat ke atas. Mungkin karena masih siang, jadi ga terlalu banyak orang-orang yang udah nyampe. Ga lama ngantri, kita langsung naik mobil itu dan jalan ke atas. Ternyata, ga terlalu jauh buat keatas, pas balik sore-sore malah banyak yang jalan, gara-gara males kali ya nunggunya kan juga lama.
Pas nyampe disana, spot-spot yang rame itu ada banyak, yang pertama bangunan restoran, tempat main anak-anak yang terbuat dari bambu, danau yang dikelilingi rumah-rumah dari bambu, sama taman bunga-bunga kecil ungu yang ga tau namanya apa hehe. Ada juga tempat main panah-panahan gitu di samping restoran, sama tempat makan yang di dalam bambu yang berbentuk lingkaran, sama ada sungai kecil yang banyak bebatuan, jadi bisa diseberangi. Karena kita dateng pas banget dzuhur dan makan siang, abis shalat langsung naik ke restoran. Ada 2 restoran disitu, satu restoran "Burangrang", yang satunya lagi bisa dibilang pujasera, namanya "Pasar Khatulistiwa".Kalau di "Burangrang", sama kayak restoran biasa, kita pesen makan dari menu, baru nanti makanannya dateng. Kalo di "Pasar Khatulistiwa", pertama kita harus beli voucher dulu, baru nanti voucher itu dituker dengan makanan yang kita mau. Makanannya juga macam-macam, dan dijual per stand gitu. Sayangnya karena kita milih makan di "Burangrang", ga sempet foto keadaan di "Pasar Khatulistiwa" yang pujaseranya, jadi ya bayangin aja ya hehe.
Di "Burangrang", kita bisa milih untuk makan indoor atau outdoor, dan tentunya kita mau outdoor dong. Untungnya masih dapet tempat, padahal kan waktu itu jam makan siang. Tapi sebenernya, spot kita duduk masih agak kurang, karena masih ada spot yang bener-bener dipinggir dan kelihatan semuanya. Karena laper, kita ga terlalu mikirin dulu hehe. Harga makanannya relatif mahal. Untuk makanan berat seperti nasi, harganya 40ribu-an keatas, minuman sekitar 20ribu-an keatas, dan ada juga dessert yang harganya juga 20ribu-an keatas. Abis mesen makanan, untungnya ada spot kosong yang di pinggir kaca banget, tapi engga ada mejanya jadi agak susah buat makan, jadilah dua-duanya kita ambil alih, duduknya pisah-pisah jadinya hehe.
Setelah kenyang, kita lanjut ke spot yang jadi andalan Dusun Bambu ini, danau yang dikelilingi rumah-rumah bambu. Di pinggir danau itu juga, ada semacam papan yang berbentuk lingkarang yang menjorok hampir ke tengah danau, bagus banget buat foto-foto. Kita pun langsung buru-buru kesana. Tapi di tengah jalan semacam kepisah gitu, ada yang masih di belakang, dan ada yang udah nyampe. Nah, disini nih sempet ada kejadian yang agak ngeselin. Pas gue, sama 3 orang temen gue nyampe, tempat itu masih kosong, yaudah dong kita langsung naro tas, nyiapin tripod sambil manggil-manggil yang lain. Tapi sebelum temen-temen gue nyampe semua, tiba-tiba ada anak-anak sekitar 5 orang-an mau foto-foto. Okelah, cuma anak-anak paling juga sebentar, toh temen gue juga masih pada belum sampe. Tapi ternyata kita salah...mereka serombongan. Entah ada berapa keluarga, intinya orangnya banyak banget. Ada 30 orang-an lebih kayaknya. Dan mereka dengan santainya langsung ngambil tempat kita, nganggep kita kayak ga ada aja. Udah gitu, foto-fotonya lama banget. Pertama anak-anaknya, itu juga mau foto dengan berbagai gaya. Abis itu para ibu, abis itu lagi para bapak, terus yang rame-rame, terus yang campur, pokoknya lama banget. Gue sama temen-temen gue disaat itu udah gondok banget. Apalagi karena liat rame, jadi tambah banyak yang dateng, tambah susah lah kita buat foto bareng. Akhirnya kita maksain buat foto, ditengah keramaian tersebut.
Untungnya, ga lama setelah kita foto-foto mereka udah selesai, jadi abis itu kita bisa leluasa foto-foto dengan orang ga terlalu banyak di background.
Setelah sebenernya-belum-puas-tapi-udah-capek, kita ke taman bunga, karena tempatnya itu bagus banget, katanya sih kayak taman lavender. Buat kesana, harus agak sedikit mendaki, dan ngelewatin sungai kecil. Tapi akhirnya kita nyampe dan puas-puasin foto dalam keadaan lapar lagi, karena jam udah menunjukkan pukul setengah 4-an.
Setelah Dusun Bambu, kita lanjutin lagi jalan-jalan muterin Bandung. Niatnya mau ke Braga Culinary Festival, tapi karena lagi masa kampanye dan ga boleh ngadain acara, BCF ditiadakan pada hari itu dan seterusnya, hingga masa kampanye selesai. Sedih dong ya. Tapi daripada pulang sedangkan hari masih sore, akhirnya kita muter-muter di Bandung aja. Sempet ke Tahu Susu Lembang, tapi abis itu cuma muter-muter kota Bandung aja. Dan gue yakin tempat-tempat yang gue kunjungi sudah familiar bagi kalian, jadi ga perlu dijelasin kali ya hehe.
Singkatnya, it was a fun journey. We had fun, tapi kalau gue diajak buat kesana lagi, i'd say no. Mengapa? Kalo dikasih tau nanti ga seru lagi dong. Silahkan datang aja, ga bakal nyesel kok :D Tapi kalo gue, cukup untuk sekali kunjungan cuma untuk tau tempatnya, tetep yang penting seneng-senengnya dan rame-ramenya :D
And because we are pubdok, harus punya banyak foto-foto dong :p I am too lazy to nyusun per waktu, jadi dikasih caption aja ya hehe. Here they are:

tiket masuk

street performer, baru ada pas mau pulang

rumah bambu yang ada di pinggir danau




tempat makan sebenernya, tapi pas kita kesana lagi out of order



tuh kan, rame banget :(
bad results, huft




taman bermain anak-anak

pasar khatulistiwa







bebatuannya kayak kaca, lucu banget


di dalam pasar khatulistiwa(1)

di dalam pasar khatulistiwa(2)



di dalam pasar khatulistiwa(3)

di dalam pasar khatulistiwa(4)

di dalam pasar khatulistiwa(5)







taman bunga

close up


hiasan bambu(1)

hiasan bambu(2)

thank you, guys! <3

Friday, February 21, 2014

Bahasa!

Awalnya kaget, ternyata harus berkutat dengan hal ini selama bertahun-tahun ke depan, tapi penasaran juga. Kalo yang lain bisa, kenapa kita ga bisa? Dan ya, sampe sekarang alhamdulillah masih betah dan masih penasaran dengan bahasa asing yang satu ini.



Bahasa itu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Bayangin kalo manusia belum nemuin bahasa, gimana cara orang tau kalo kita mau beli barang yang dia punya, atau mau bilang suka dengan baju yang dia pake hari ini, atau sekadar bilang mau ke toilet. Ga kebayang deh kayaknya. Tapi, karena persebaran manusia yang beragam, jadinya bahasa ada banyak. Jumlahnya ribuan, mungkin lebih. Yang paling banyak dipakai yaitu bahasa mandarin, baru bahasa inggris. Tapi, banyak orang berpendapat bahasa inggris lebih banyak digunakan. Jadi, kalo kita mau jalan-jalan ke luar negeri, katanya, paling engga kuasai bahasa inggris. Sebenernya enak lho belajar bahasa itu. Ga bohong kalo susah, tapi bukannya ga bisa. Kalo ada yang bilang 'bisa karena terbiasa', itu bener banget. Menurut gue, percuma aja bisa satu bahasa secara teori, tapi pas disuruh ngomong ga berani, takut salah. Takut salah itu yang salah. Ngomong aja yang lo tau, seadanya aja ga apa apa, toh elo udah tau teorinya, bukan baru nyari di google translate. Yang dituju juga pasti membenarkan kalo salah. Tapi gue akui, emang ga gampang ngelakuinnya. Malu. Itu yang paling kerasa. Kalo salah, kalo ambigu, kalo maksudnya ga nyampe. Pengalaman pribadi hehe. Alhamdulillah bisa 'ngasal' ngomong bahasa asing A, tapi ga bisa di bahasa asing B. Entah emang bahasanya, apa gue aja yang ga bisa. Kayaknya sih yang kedua haha. Tapi balik lagi, bisa karena biasa. Kalo ga dibiasain, mau kapan lagi? Jaman sekarang, kalo mau nyoba ngomong, ada media sosial kok. Post aja kata-kata dalam bahasa asing yang lo pengen bisa. Bodo amat tata bahasa. Yang paling buruk terjadi? Lo diketawain orang. Lalu? Lo juga ga ngeliat orang yang ngetawain kan. Santai aja. Biarin orang mau bilang apa. Emang susah sih, tapi tanamin dalam diri 'kalo ga sekarang, kapan lagi?' sama 'bisa karena terbiasa', insya Allah bakal dimudahkan. Bahasa itu seru, dan bisa dipelajari. Jadi, ayo belajar bahasa :D

Sunday, February 16, 2014

Tua dijalan

Iya, kalo kelamaan nunggu di jalan, berapa banyak waktu kita yang habis kebuang cuma gara-gara nunggu. Kalo ngomongin macet emang ga ada abis-abisnya. Dimana-mana bisa kejadian macet. Mau di ibukota maupun di kota kecil.


Ya mau gimana lagi, sekarang untuk mempunyai kendaraan roda empat maupun dua, syaratnya gampang banget. Abis itu bayarnya bisa bertahun-tahun dengan sistem kredit. Siapa yang ga tergiur? Belum lagi gampang banget bikin SIM atau surat izin mengemudi. Cara tesnya sih ada, tapi menurut gue paling cuma segelintir orang yang memilih untuk menggunakan cara tes untuk mendapatkan SIM. Mayoritas, lebihkan aja berapa ratus ribu, dan voila! SIM telah jadi tanpa tes atau semacamnya. Kalo kita melihat ke negara luar, tidak semudah itu mendapatkan kendaraan maupun SIM. Susah sekali cuma untuk mengendarai kendaraan sendiri. Oleh karena itu, banyak orang yang lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum dalam berpergian. Nah, itupun bisa dilakukan karena fasilitasnya memadai. Kalo menurut gue sih, permasalahan macet ini emang harus sama-sama ngebenerinnya.


Yang pertama, masyarakatnya harus sadar sama peraturan lalu lintas, dan juga jika ingin mempunyai kendaraan, mereka memang layak memiliki dan mengendarai kendaraan tersebut. Enaknya sih, dari pemerintah bener-bener dibikin ketat untuk bikin SIM, ga sembarangan orang bisa punya hanya karena merasa 'bisa' dan punya uang. Kalo dari situ udah bener, kebiasaan manusia, pasti males untuk bikin SIM. Nah kalo udah gitu mau naik apa? Balik lagi ke fasilitas umumnya. Harus dibenerin banget fasilitas umum di Indonesia. Kalo mau ada shinkansen kayak di Jepang sok mangga, tapi kalau menurut gue busway aja udah cukup kok. Tinggal ditambah lajurnya sama ditambah bisnya, udah bisa memenuhi transportasi masyarakat. Terus kalo udah disediain sama pemerintah? Nah itu tugas kita, masyarakat, buat ngejaga sarana-sarana tersebut. Yang gue liat, masih banyak coretan-coretan di kendaraan umum, bagian-bagian yang hilang, yang kalo dilihat-lihat sih, dirusak sama orang iseng. Percuma aja kan, bis bagus-bagus tapi di belakang kursinya banyak coretan. Dan satu lagi, sampah! Sampah manusia itu banyak banget ya. Sampe di angkutan umum aja pasti ada sampah. Semua itu balik lagi ke kita, jangan cuma marahin pemerintah terus.. Kalau ga ada mereka, kita juga bingung kan? Pemerintah sama masyarakat sama-sama saling ngebutuhin, jadi sadar diri aja lah. Tapi tetep benci sama yang korupsi sih haha. Ini kok jadi ngelantur kemana-mana ya-_- intinya, kalau ga mau macet, ya sama-sama ngeubah aja. Semua opini diatas cuma menurut gue, gue yakin ada yang berpendapat beda, atau ga setuju dengan pendapat gue(sama aja). So, express yourself in the comment box below! :D

Wednesday, January 8, 2014

Review: Shutter Island (2010)


Film ini bercerita tentang seorang U.S Marshall yg bernama Edward Daniels atau biasa dipanggil Teddy, ditugaskan untuk menyelidiki investigasi hilangnya orang di Ashecliffe, rumah sakit jiwa yang 'berbeda' dengan RSJ lainnya yg berada di Shutter Island. Disini dia bersama partner barunya, Chuck(lupa nama aslinya) yg merupakan seorang U.S Marshall juga. Dari awal udah diliatin kalo Shutter Island ini tuh bener-bener serem dgn nuansa pulau kosong dan penjaga dimana-mana. Lalu kita dikasih liat Ashecliffe, bisa dibilang 'perumahannya' dimana disana ada para 'pasien' yang dirawat. Teddy ditugaskan untuk mencari Rachel Solando, janda yg membunuh 3 orang anaknya namun menyangka anak-anaknya itu masih hidup. Lalu mulailah penyelidikan Teddy. Dari awal, terlihat penanggung jawab RSJ tersebut yaitu Dr. Crawly ga mau ngasih petunjuk ke Teddy. Kayak saat Teddy mau minta file-file mengenai para pekerja dan dokter, Dr. Crawly ga mau ngasih. Tapi akhirnya Teddy diizinkan untuk mengintoregasi beberapa pasien. Yang aneh dari awal, sepertinya Teddy belum bisa melepaskan bayang-bayang istrinya yang meninggal gara-gara kebakaran di apartemennya. Salah satu tujuan Ia datang pun untuk mencari Andrew Laeddis, biang dari kebakaran di apartemen istrinya. Beberapa scene menunjukkan Teddy seperti 'diarahkan' oleh istrinya melalui mimpi bahawa Rachel sebenarnya masih ada di Ashecliffe. Dan sampai sini aja review gue. Sisanya nonton sendiri aja, film ini bikin kita mikir banget dan menduga-duga wah siapa nih yang sebenernya jahat. Dan untuk endingnya? Nonton aja dulu deh ya hehe

Pokoknya film ini recommended banget buat yang suka sama film-film 'berat'. And here's the trailer :D